Thursday, January 27, 2005

Ekor Singa atau Kepala Anjing


Ngeliat posting gue sebelumnya gue jadi inget suatu istilah dari komik dalam negeri (yang menurut gue paling bagus) yang pernah gue baca. Di situ ada istilah "memilih jadi ekor dari singa apa kepala dari anjing".. Istilah yang cukup menggetarkan hati..
Pada saat kita tak bisa memberikan yang terbaik pada suatu bidang, kita akan dihadapkan pada dua pilihan di atas.
Jadi ekor dari singa, bergabung dengan komunitas yang dipandangi tapi anda sendiri tak akan dipandangi..
Atau jadi kepala dari anjing, komunitas ini tak akan dihiraukan, tapi jelas kedudukan anda dalam komunitas tersebut akan menonjol (ini bukan nyindir jadi PU boul lho!)
Sebenarnya bisa dibilang memilih mendapatkan kebanggaan yang semu atau mendapatkan kejantanan sejati..
(bisa ga?)

Toge emang di Ekspor??

Pilihan masuk Elektro ITB mungkin merupakan pilihan paling patut dipertanyakan dalam hidup gue. Dari sebelumnya, setiap memilih institusi pendidikan dalam menentukan jalur menuju masa depan tak pernah terasa ganjil seperti ini. Perasaan ganjil yang timbul seperti pembelokan dari jalur semestinya.

Pasalnya, berada di jurusan ini seperti mengumpulkan toge-toge berkualitas untuk di ekspor keluar negeri. Nah diantara toge itu, gue ngerasa menjadi toge yang bagus, tapi masih kurang enak kalo buat diekspor. Emang gaya sih.. bisa jadi toge pilihan dari seleksi yang super ketat dari toge-toge se-Indonesia, tapi tetap aja gue bukan termasuk diantara toge2 terbaik (yang biasanya di sekolah2 terdahulu selalu ada kesempatan merasakan menjadi toge yang baik)..

Gimana ya? Apa kalo gue jadi terong.. gue bisa jadi salah satu terong terbaik. Apa mungkin gue emang kurang berusaha jadi toge? (kenapa harus terong ama toge ya?? padahal gue kurang suka kedua makanan di atas)

-aji yang lagi sensitip soal kehidupan yang dijalaninya-

Sunday, January 16, 2005

Kata-Kata Kanibal

Nyadar ga, bahwa ada beberapa kata yang udah merasuki kata itu sendiri? bahwa kata itu sudah memaknai kata itu sendiri..


Bingung dengan yang saya maksud? coba saya beri contoh: kata hipokrit itu sendiri sudah hipokrit. Sebuah kesimpulan yang saya dapat setelah beberapa menit mendengarkan teman saya (nomor hp dirahasiakan) mengeluarkan teorinya yang menakjubkan di sebuah mobil (nomor mobil dirahasiakan) yang sedang melintas di bilangan cipaganti, Bandung, pada pertengahan Nopember 2004. Cerita singkat dari teori temanku adalah "semua orang dan teorinya sudah hipokrit, ia mengeluarkan teori yang sebenarnya ditentang oleh dirinya sendiri sehingga teori itu ikut menjadi hipokrit", dan ia benar, tak lama setelah itu ia melakukan tindakan yang terbukti melawan kata2nya sendiri (bukan teori tadi, itu pembahasan selanjutnya), ada beberapa point yang menarik dari hal itu:
1. Ia adalah orang hipokrit
2. Ia membuktikan bahwa teori hipokritnya benar (point berikutnya harus dipikirkan dengan serius)
3. Karena ia hipokrit dan teorinya benar, berarti teorinya juga hipokrit
Dan selanjutnya jika anda pikirkan terus, anda akan pusing karena rasanya tidak akan berhenti seperti sebuah program bodoh yang melakukan loop tanpa henti karena kesalahan text editing.
Dengan begitu dapat dibuktikan kata hipokrit itu sendiri sudah hipokrit..
Mungkin pembahasan ini akan semakin menarik bila diberi contoh kasus kedua
Dalam hari2 akhir dari persiapan penyelenggaraan sebuah acara dari organisasi yang aku ikuti, ada perdebatan seru tentang nama yang akan digunakan untuk acara tersebut.
Masalahnya adalah, nama dari acara tersebut mengandung kata 'kontroversi', dan penggunaan kata tersebut ditentang oleh beberapa anggota karena dianggap sebagai kata yang kurang tepat (pada akhir debat kata ini akhirnya dipakai).
Yang terjadi pada debat di atas adalah bahwa ada yang menganggap kata 'kontroversi' itu mempunyai makna yang biasa saja, ada yang merasa bahwa kata itu berkonotasi agak negatif. Bukankah berarti kata kontroversi itu sendiri sudah kontroversial?


Kata-kata diatas -hipokrit dan kontoversi- sudah memaknai katanya sendiri, dan kalau dicari, mungkin masih banyak kata yang mempunyai gejala yang sama..


Bagaimana dengan kata 'fiktif'? Dapatkah anda memikirkan gejala yang sama terhadap kata ini?

br>

Monday, January 10, 2005

Karl Marx juga kapitalis?

ada kesempatan ngepos lagi nih, gue ngutip aja dari tulisan yang gue bikin di buku komunikasi organisasi yang gue pegang tanggal 20 desember 2004 jam 10:12 AM
Uniknya tulisan ini adalah gue bikin setelah baca buku 'das kapitalis untuk pemula' sambil ngerjain tugas UTS agama, jadi dapet dua influence yang saling berlawanan, lumayanlah buat menyuap pikiran sedikit:


Setelah lama2 membaca buku karl marx, ada suatu yang gatal rasanya untuk direnungkan... pertanyaan terbesar yang muncul setelah
membaca karya agung yang dipermudah pembacaannya itu muncul: apakah marx sendiri seorang kapitalis? apa mungkin dialah raja kapitalis
dunia ini. Sebenarnya apa dasar dari segala tuduhan yang muncul ini?? Bila engkau membaca buku ini anda akan menemukan kata
komoditas, sebuah unsur pokok dalam buku ini. Gampangnya, sebuah komoditas adalah sebuah barang atau apa saja yang dijadikan alat
untuk menghasilkan keuntungan. Disanalah muncul pikiran yang mengatakan bahwa marx adalah seorang kapitalis, karena marx juga
memiliki sebuah komoditas penting, dan komoditas ini begitu menganga didepan kita saat kita membaca bukunya, komoditas itu adalah buku
itu sendiri. Apa tidak dengan buku ini, ia mendapatkan untung yang maha dasyat, walaupun mungkin ia tak mencari untung dengan bukunya,
tapi seenggaknya ia menjadi terkenal dengan bukunya, dan itu adalah royalti yang otomatis akan datang sendiri kepadanya. Mungkin kalian
berpikir: lalu harus gimana dong?? Untung deket2 ini aku dibebani mengerjakan UTS agama yang lumayan menarik perhatian ku ke
pendaalaman filosofi Islam. Anda dapat melihat jawaban dari pertanyaan itu dari Nabi Muhammad, ia 'membuat buku' yang paling laris
didunia:Alquran, dan ia tak mendapatkan sepeserpun keuntungan dari buku ini, tapi ia tetap dapat menyebarkan muatan buku ini dengan
sukses.

Friday, January 07, 2005

being an antisocialist too a socialist

Menarik diperhatikan bahwa seorang yang sedang meng-internet adalah seorang sosialis dan seorang antisosialis pada saat yang sama. Ini sebuah hal yang baru kusadari saat internet hadir membawa komunitasnya sendiri di sebuah organisasi yang sedang kupegang saat ini.
Bila diperhatikan dengan seksama orang yang sedang surfing atau browsing itu sedang menjadi mahluk sosial yang sangat aktual-bagi teman-temannya yang juga berpartisipasi dalam dunia maya- tapi saat itu juga menjadi sangat terputus bagi dunia sebenarnya dunia luar. Ia tak akan mau diganggu dan tak ingin peduli dengan kejadian-kejadian sekitarnya, suatu hal yang sangat paradoks sekaligus ironis, pada saat internet diharapkan menjadi pendobrak dunia informasi, ia juga menghancurkan informasi sebenarnya, informasi yang diperlukan oleh orang-orang yang ingin berkomunikasi jarak dekat.

Tuesday, January 04, 2005

nambah tulisan

ada temen yang bilang keseringan kita menulis di blog membuktikan kita manusia yang tanggap teknologi. bener ga sih? bingung juga, tapi sekarang gue ngisi hanya karena ga mau menyia-nyiakan internet gratisan ini yang tumben-tumbennya lagi ga lemot, hehe kapan lagi bisa ngabisin waktu dengan gratis, salam deh buat temen lu yang cantik